Senin, 24 Desember 2012

Selamat Datang Akhyar 041012

Yang mengikat November


Dia tidak ingin membebankan musim itu terlalu lama
dari potongan waktu
roman-roman membawa mendung itu berkumpul. Tebal

"lihat saja tumpukan cintamu"
yang mengawang diatap langit
beberapa yang rata, memasang mata penuh duka
bahu yang jadi tiang
membuat para dada awan itu tambah luas. Memelas

"bicaralah pada perindumu"
adakah itu?
seperti rumput yang daun keringnya kembali menghijau
melepas segala yang menumpu. Tuntas

"romantis"
rintik yang menebar segala cemas
menambah nada hening itu pekat
setia pada kenangan
adalah jalan kesahduan yang ditempuh

"jelaskan padaku!"
pada bidadariku, pilihan apa yang sudah ia bawa lari!
pertemukanlah sumpah-sumpah yang sudah jadi serapah
agar para dada-dada tidak terisi gumpalan sisa.

Temu Tetamu


tentang memesonanya malam
memikat kita dengan tajam cahya bintang
terikat haru didekap anggun cahya bulan

Sesekali:
merembah dimalam
keperbukitan
dibawahnya:
beningan hulu sungai
bawa akar penghidupan

tentang memesonanya malam
memikat, nikmat gelap: gugu gagap
berisak
Saat:
cahya lenyap
bulan dimusim hujan

diam
telanjangi malam
mata: adu tajam
sekali bercahya, nikmat hilang
— bersama di Catatan Waktu.

Kemah


Aku memburu suara sunyi
agar lahir bunyi membangunkanku
memburu nafsi yang bernafsu memasuki-Mu

mulai mendamba berarus diurat nadiku
menjadi api yang menggali sepi
hangat merayap melafalkan-Mu

paras cinta yang meminta
memberi nostalgia
menunjukan jalan pada ruang khusu kita

bilik malam
membisik desah
dari getar bibir yang basah
diantar ratap mata
dengan beratus kisah

garis yang berbaris
menjajarkan kliseklise
menggaungkan hati menambah merana
O, aku sejauh ranah menahan nanah...

AKU: bertualang


Huruf-huruf itu hidup
membelah cakra membuka mata
jadi teman bagi dia yang cinta
terus dihirup, dengan haus tanpa degup

aku dan dia akrab
dari huruf yang berkata-kata
mengajak mata lembab
menjadi khusu karib mengenal-Nya

entah, ketika terpisah
raga seperti tanpa ruh
mata penuh duka
hati penuh hina

O, hidup
jadikan aku penghirup huruf yang hidup
seperti Lafzdul Jalah yang mengalir dalam darah.

CERMIN 100kata Nenek Yang Mempesona


Aura sejuk itu masih kudapat dari tatapan dan senyum Nenek Parmin. Perempuan setengah abad yang selalu berkerudung jingga warna favoritnya. Entah ia punya koleksi berapa puluh kerudung dengan warna yang sama. Adalah tetanggaku bersama cucu perempuan yang bernama Yuli.

Sudah jadi kebiasaan, setiap sore aku bermain gitar diteras rumah. Terdengar suara Nenek parmin dan Yuli beradu mulut.

"Kamu itu perempuan Yul, harus bisa menjaga kehormatan.
Tutuplah Auratmu"
pinta Nenek dengan sayangnya.

"Ah, nek kerudung tidak menjamin kehormatan itu terjaga, malah kerudung sudah banyak yang menyalah gunakan."

"Ya, maka dari itu kamu buktikan kebenaranya yul. Terjaga apa tidak"
tambah Nenek meyakinkan.

Sambil bringsut dari duduknya Yuli pun menjawab.
"Selama kepala ini masih ditumbuhi rambut, Yuli akan pelihara merawatnya dan gak bakal ditutupin indahnya."

Nenek dengan aura sejuk itu tiba-tiba menyinga wajahnya
"Selama kemaluanmu berambut, sekalian jangan kau sembunyikan dia dibalik celana.

Rabu, 03 Oktober 2012

Haiku: Perjalanan Rindu(lestari)


ku menunggumu
ku sabar kau menghindar
ku jadi hambar

jatuh terhimpit
rindu mati membisu
tinggalah kabut

tidak menunggu
tersiksa ingin temu
sudah terlambat

S U A


1/ Ayu

Mari bicara
Sampaikian sampai demikian

Aku dengarkan
Beserta ingatan juga kejadian

Mulailah...
Awalilah....

Jangan menatapku jika itu menambah bisu
Jangan tahan airmata jika kata masih kelu tertahan didada

...........................................................................



2/ D E N Y U T

Hening dari yang kau bawa
Buat jelas identitas khusu

Ditekuk sedikit
Engkau bungkuk tidak berdagu

Hanyut....
Lalu segala cemas yang ganas

Tidak perlu terlalu iba
Melihat pesta mereka bermabukan rasa

Apa kau lebih suka..???
Setelah meneguk dusta demi dusta

Lalu, hidangan dusta didustakan
Palingkan kita pada pemilik kita

Dengarkan....
Hening bening kemuning telusup.

............................................................................
 

3/ T E N A N G

Kau tidak menyukai ruang tamu ini..??
Aku punya kamar

Ada bilik berpentilasi
Kalau ada suara, jadi langsung terdengar

Mengukuh riadhoh tidak jenuh
Dekappeluk biar dari belakang

Temani hari ini saja.!
Besok, biar kita kenang jadi hari ini

Engkau cukup duduk dekat aku
Disini, sebelahku

Jadi wewangi, nafsi kecap asih-Nya
Jauh riuh teduh kesidratul muntaha

..............................................................................


oleh ‎Ibnu 'Ziddan‎ pada ‎‎7 Januari 2012‎ pukul ‎14:14‎
Dari Cidahu 07/01/'12

Batu karang & lautan


ibu....
jangan tanyakan,
apa lagi menatap heran
disemayam malam masih ingkar
ya...qolbu nun fitroh muram, betul!

ibu...
hendak kemana, derap masih merayap,
gerak setapak jadi jejak
identitas semakin jelas

ibu...
senyum saja, atau beri lagi mainan dulu
lupa segala rupa dunia
terus aku ikut arus teras yang terurus,
kemudian ibu bisa duduk tenun nun dihalaman

ibu...
muara zamzam belum kutemui
bahkan airnya selalu kering ketika 'toharoh
tapi ubun ku sudah berambut 'bu
bisa dilihatkan..??

ibu...
tasbih baru bisa jadi sovenir
waktu kemarin pamit, dia kutaruh disaku celana,
tapi aku bawa bu, cuma belum bisa dia tetap ditangan
jadi curah sholawat masih seukur sahwat ingat

ibu...
apa masih ada yang dahulu ketika aku sehat
obat yang dulu agar tetap kuat
menggendong ibu biar sampai ke ba'ieturahman
kita bisa bersama pautkan rindu dimaqomnya

ibu...
bertahan saja dirumah
sekarang ini anakmu masih urusi terus urusan
biar cuma sebungkussebungkus, aku saja terus mengurus
terima ya....


'' wahai jiwa yang mengetahui sang penggenggam-Nya
bakarlah....
jadi satu
utuh
kukuh
tidak lagi selingkuh....
mengingat-Nya
seluruh
tunduk
rindu jalari
segera era erat...''

oleh ‎Ibnu 'Ziddan‎ pada ‎‎30 Januari 2012‎ pukul ‎17:11

Catatan, 01 November 1983 (kepada sajak)

 ·‎

Kemana kau pejalan kata-kata?
kau begitu saja lari sampai tak peduli aku.
Dimanakah kau sekarang harapan?
Bantulah aku membentuk keaku-akuanku.

Kau tidak menyapaku..
Sampai kapan kau kaku terbujur dan lelah,
begitu saja acuh tak peduli aku.

Kemarilah seperti dahulu,
kau lahirkan aku dari kandungan bunyi
diantara sunyi dan nyeri.

Seperti diksi-diksi yang membuat kita berdua romantis,
senyum dengan mengingat perjalanan-perjalan kita.

Buatlah aku kembali merawat sajak-sajaku
lihat saja, ini khalwatku.
Mataku mulai terbuka menerka-nerka dunia.
Mataku mulai intim menangkap makna dunia.

Akan kutulis. kutulis kenapa kau lahir.
Dari ketika kau terbata-bata,
sampai kelak kau rabun dan tua.

Hey...
Seharunya kau memberi makna pada siapa saja penikmatmu
atau kau masih ragu karna mereka sering mencemo'ohimu..?

Bahasa kesunyian memang membuat kau sering dijauhi.
Bahkan aku juga sering menelantarkanmu berserakan dimana-mana.
Ketika aku senang apa lagi.

Maaf jika aku datangimu ketika susah saja, ketika sedih saja,
dan ketika aku merasakan pilu saja.
Rujuklah denganku karna aku ingin kau hadir dalam segala kejujuran perasaanku

Bilamana aku mengira-ngira syu'urku, kau jangan tertawa.
Karna aku suka konyol mencubuimu, rancu menyandingkan tiap-tiap larik dari yang ku lirik.
Maka segeralah buat aku dewasa.

Bila aku ingin apa, segeralah beritau aku kau ada diantara makna-makna dunia.

Kita rujuk

oleh ‎Ibnu 'Ziddan‎ pada ‎‎12 Maret 2012‎ pukul ‎14:24‎

Selasa, 02 Oktober 2012

RAMADHAN

l. Pandeglang



Belajar menangisi rindu
dari marhaban syahru romadhon
sesuka hati menggurat urat, dari sauk sampai membungkuk

tersenyum mencium mewangi alam yang khusu
suara tilawah Qur'an menggema membuka ruang luas dada

disini, dimana mula itu kukenal ia
fitroh setelah melangkah selesai sholat sunah
membasuh kaki ibunda
sempurna dengan silaturahim sanak taulan


ll. Pelered

Perbedaan dimulai ketika kuteriakan Aamiin setelah Fatihah
kata mereka aku dianggap main-main
padahal disisi perjalanan ada hal yang pantas kita ambil

Terasa beda
dan ku tahu, tuhan sengaja meletakan aku bersama mereka
aku bayangkan, ada satu hari dimana aku akan mengatakan
" engakau mengajarkan perbedaan itu nyata "


lll. Jakarta

Sampai pada takdir
segala berkumpul
huruf-huruf tanpa kutbah
yang menggurat kening pada kerut mengingat nama
membuat simpul dari lilin-lilin sudut kota
dan aku masih menunggu senyum dari malam lalilatul qodar

menyambut-Nya
bersama ikhtiyar sekemampuan anugrah
sampai takdir mempertemukan kita.


oleh Ibnu 'Ziddan pada 25 Juli 2012 pukul 20:39

" UHANIN " (bisroh)


Bismillah...
Hamdalah...
Sholawat...

Bisroh syu'ur semoga melulur
Untaian solawat semoga sampai keluhur
Sampaikan pada sang maha Gofur
Sampaikan salam kami pada Baginda Rosul

Solawat kami
Juga rasa kehilangan
yang sudah membuat kami hina
Hina dari amanahmu
Amanah yang sering kami pandang sebelah mata

O, Baginda inilah pengakuan dari hamba
hamba yang ingin diakui sebagai umat
Kami bermohon :
Jadikan kami sekalian umatmu
Umat yang nanti mendapat syafa'atmu
Jadikan kami sebagai manusia wara
wara menjaga segala:
amanah Wajib, Sunah dari perintah-Nya

Nur agung yang nun
Ini Qolbu rindu lestarikan segala yang tinggalkan
Pada kami saja segera
Robb:
Anugrahilah khudhu
Bukankah setelahnya jadilah kami tunduk
Sujud serta langgeng bersolawat pada kekasi-Mu

Tetaplah bersemayam tauladannya di hati kami
Tetaplah hamba jadi ketetapan-Mu
Ketetapan agar lurus beribtihaal

O, baginda tauladan kami
Bukankah ketika engkau beranjak
menutup waktu
menanda betapa engkau merisaukan kami

Peluh-peluh kata yang engkau ucap sukmakan
Saat sang Izrail merajut juang menjemputmu
Menandakan betapa engkau penerang sukma
Mencintai kaummu menyayangi kami
Pilu hati mengingatnya

O, Baginda...
Kaum yang kau sayang kini
hanyalah etalase zaman
Perih hati melihatnya

O, Baginda Rosul...
Andai sepasang mata itu masih terbuka
Apa yang engkau rasa?
Pun ketika jadi saksi kegilaan ini

Ya Robbana lakalham kama
yambaghila biwajhikalkarim...
Kami rindu tauladanmu.
Jadilah baqo engkau kekasih-Nya di qolbu..



 oleh Ibnu 'Ziddan pada 18 Juli 2012 pukul 12:53

Kamis, 27 September 2012

Jumat, 14 September 2012

Lain Aku



Dari tubuhmu

Tumbuhkan lubang luka

Dari mulutmu


Sejajar diri

Lalang lewati muka

Bentuk sebelah


Sebrangi jurang

Bawa koloni perang

Subur pongah


Kepingan Lain

Memercik picing ingkar

Leburkan saja!!!!

Sisi Sisa Kita

Tersungkur dimeja tulis
Menemani kau yang sedang terbelah
Engkau pengembala dan Aku sapimu
Memberiku gema jerit-jerit yang lancip
Memebentang, mengulur jenaka

Pernah:
Aku, Kau. semedikan nafsu
Pulas bersama gigil dingin malam
Menusuk bulan, gulita jadilah teman
Senyap, mencari sayup-Nya

Bertahun-tahun kami disini
Sampai lidah kelu, serta mata kami berembun
Musim selalu berlari dan esoknya ada janji
Hingga akhir, matahari itu membakarkan marahnya
Dan kami kembali pada yang Esa


" Mata hari " perkenalan puisi dengan pola 4444

rona pagi tiba lagi
buru mata dimuka dini
siap niat jamu hari
cari diri di muka bumi

muka di kaca luka usia
kaki kaku bawa dosa
usia dini kian usai
dulu tuan kini di mana

ahay, duka kita yang lalu
di masa muda kita dulu
tiap hari sita diri
jadi igau tiap raut

impi jadi duka saja
kian tepi, jadi debu
usai usia kita ke mana
tuan, usap luka hari!!!

Sabtu, 08 September 2012

Selamat datang

Tersungkur dimeja tulis
Menemani kau yang sedang terbelah
Engkau pengembala dan Aku sapimu
Memberiku gema jerit-jerit yang lancip
Memebentang, mengulur jenaka

Pernah:
Aku, Kau. semedikan nafsu
Pulas bersama gigil dingin malam
Mensuk bulan, gulita jadilah teman
Senyap, mencari sayup-Nya

Bertahun-tahun kami disini
Sampai lidah kelu, serta mata kami berembun
Musim selalu berlari dan esoknya ada janji
Hingga akhir, matahari itu membakarkan marahnya
Dan kami kembali pada yang Esa


M(alam)alam Lain

Gigi yang lancip itu sudah membuat luka
Dari mulutmu, lakumu
Jauh...
Dan usia sudah sampai pada sekian

Malam sudah mencatat satu per satu kejadian
Membungkusnya pada selimut tebal yang hangat
Kita didekap, dibuai, lelap.


"Apakah pagi yang datang itu bersama janji"
Kita menyeret selimut
Sinar yang lancip menembus tiap celahnya.
Tapi malam tak mau juga mau henti
Masih saja memberi tanda dikepala

"Bukan pada pagi yang ingkar janji"
Kau, tapi sepakat masih sembunyi dalam keranjang
Apakah aku menyalahkanmu?

"Maaf"
Aku tidak  malam itu ada bulan
Kau diam, dan kita semakin nyaman
Dan pagi selalu ada janji untuk menyeret selimut itu kemana.

Minggu, 15 Juli 2012

Rupa Ayu Di Wajahmu

Taukah Ayu..
Rindu kian ketepi
Sebentar lagi matahari memanggang kita
Akan kemana??

Lihat saja..
Daun hijau habis dihisap matahari
Dan kau tak lagi secantik dulu..

Rabu, 11 Juli 2012

PengHABISan..

Penghabisan kali ini kau datang
Membawa mawar merah juga melati putih
dari sisa riak sengketa hidup kita

sebuah pengharap yang usah
sebuah keinginan yang dijelang dengan jegalan waktu sekelewang..

Penghabisan kali ini kau datang
membawa mawar merah juga melati putih
dari sisa riak sengketa hidup kita

pernah pun cuma cerita
pernah pun itu dilalu
apakah itu seperti IDA..?

Penghabisan kali ini kau datang
membawa mawar merah juga melati putih
dari remang miang sengketa hidup kita

bukankah cuma dilalu adanya kau
lalu-lalu apalah sekarang
pengHABISan
diam kaku
pengHABISan biarkan membatu..

"tiga larik puisi Chairil itu kini ku tau..."
pengHABISan kali ini kau datang
membawa mawar merah juga melati putih..
Dari remang miang senketa hidup kita...

" Semoga bahagia di sana..
Ya goffur..ampunilah dosanya...''
amien..

Ibni Mabnie Nur pada 13 Desember 2010 jam 15:55

Kado dari Untuk sang NISA..


Nisa itu seperti Ibuku..
Kakak perempuan juga Istri bersama rekah senyum yang setia..

Untuk ibuku...
Tersiar jeritan...
Upaya berjuang antara dua nyawa..
Tiap denyutanya isyarat cemas tidak menginginkanya rasa takut..
Aku (ibni)...
Masih membiarkan kakinya menumpu dari berat hidupnya..
Sesekali sapuh pintai taubat...
Masih membercak kepongahan ku...


Kepada kakak perempuanku..
Masih belumku tau dari mainan sisamu..
Masih samar tiap kali kau nitikan air mata ketika aku mulai jauh dari engkau..
Tapi tangisanku lebih tidak menginginkan engkau untuk menangis..
Aku adalah adikmu..


Kepada kelak Nisa Istriku...
Senyuman itu melipur laraku..

" Yang kau baluti bersama tatapan itu menggugah
semangatku..!!
Lantas kah kau berpaling menginginkan aku jauh dengan menyembunyikanya..???."




Kepada seseorang yang disana...
Bersemangatlah..
Walau tidak disini..
Bermohonlah untuk dipertemukan dikemudian kehidupan..
Senyumku menghantar untuk niat muliamu...^__^

Ibni Mabnie Nur pada 25 Maret 2011 jam 11:12

sebelum tidur..


Yap yap yap...
Inilah catatan di mana insomnia kembali menjangkit..hu hu..
Tapi jangan cemas, ada banyak kok yang bermanfaat untuk ditulis...
Entah dari masa lalu atau masa depan yang katanya ingin lebih baik...(mmm jangan nyengir...[-'_'-]..)


Bla bla bla..
Otak mulai mengkerut, beginilah kalau orang yang dedikasinya di levelnya pentium satu..salah salah yang lahir cuma sebuah naskah cumi-cumi (cuma mimpi)..tapi bondan prakoso kenapa bilang " semua lahir dari mimpi..??."
Ya sudah lah..


Kepada semua yang saat ini lelap dibuai tidur (jangan keterusan ckikik..),..sabar entar ada waktunya, gunakan seefektif mungkin ketika keterjagaan datang..

...Atau sang hansip poskamling yang sedang menegug hangatnya secangkir kopi (Ngeroko ngopi sambil ngerumpi..hi hi).. rame-rame gitu,kenapa cuma secangkir ya pak..?
Aman-aman sajah kan pak..?

Lanjut keliling akh..
Djiah..wadduh (dalam hati istigfar,..) ada yang kecelakaan, kasian banget, kenapa kebut-kebutan kamu nak..(Belaga jadi bapa'-bapa'..)..kan ini malam, gelapkan..?!? Nah itu tau, bisa jadi pandangan rabunkan...??

"Ayo kita bawa ke rumah sakit terdekat..." Maaf ya semua, saya membantu hanya mengangkat kekendaraan, gak bisa mengantar sampai rumah sakit..(Sedih..[y_y]..).sepertinya kejadian-kejadian ini mensegerakan harus pulang ke rumah..
Insya ALLAH saya akan berdo'a untuk ia..


Perjalanan-perjalan..banyak hal yang memaksa mata kita membelalakan bola-bolanya (gumam dalam hati.)
..semoga dari yang terlihat untuk kita, bisa lahir segumpal hikmah yang menjadi-kian pribadi kita lebih produktif..(Bernilai dimata tuhan).. Walau tergelincir jatuh,kalo masih tersadarkan mending bururu tobat ajah..(Hi hi jadi tua beneran ini mah..)

Jangan cemas juga sobat..
Dari seluruh penghuni dunia dicukupkan permohonanya, apa lagi Insya ALLAH kita beriman...banyakin memohon ajah..(Susah senang bermohon..)


Lah...ko malah kemana-mana..tu..kan pada ngedengkur (sangkain didongegin..hi hi..)..

Nguap ajalah..
Huaamm...
saatnya bubu kali..tapi sebelumnya mau isi absen tambahan..(Ayo-ayo yang mau nambah nilai plusnyah..)



Maaf ya buru-buru akuh..
To be continue,..
Ta ta..h...


Ibni Mabnie Nur pada 16 Maret 2011 jam 0:45

...( takzim )


Segala tatapan menuju cermin
Menyeruak yang kasat, membuyar rindu di nisbi...
Tapi kenangan mengundang haru,
Memberi cendawan di bening mata..hufh (mengenduskan nafas)


Ketika ada di antaranya..
Seperti tangan yang tunggang berjalan kegirangan, beserta pejaman mata disipuh senyum bahagia...


Tapi ini bukan cerita gadis muda dengan cintanya..!!! (Memelas..)
Sekedadar hirauan dari sorotan mata yang jauh menaruh rindu.


Ketika telinga digelayuti cerita..
Atau ketika mereka bersaksi untuk ingin segera didengar..??
Lantas mengapa ada suara tergopoh seolah ingin mengejar..??



Some think in my mind..


Ibni Mabnie Nur pada 09 Maret 2011 jam 19:26

" Kepada sang Kenangan.."


Telunjuknya mengarah ke sana..
Mata mengintip ikuti pun getar seusai sesal ..
Pengemis ikut meminta sahaja-sengaja..!!


Kisah-kisah terpisah dicerai pulang datang sesaat..
Sisi-Sisa-diri menepi sendiri menabur baur..
Di belakang, dengan engkau juga


Sedang kita bincangkan yang sudah..
Mula-mula nalar menanti
Menggelincir waktu kemudian (lesu..) tidak kembali..
Jadilah setapak kaki kaku..


Yang kemaren sekarang, besok kemudian..
Lalu sudah tumpah dicecer lalang di jalan..
Apa memintamu sudah seperti pengemis..??
Sekarang datang pacu lari sampai sudah...


Tukil cerita takwil meminta..
Datang-datang menanti pemilik mati..
Lama kemarin datang di diam, senyum luhur kenangan jadi raja...
Sekarang siapa lagi...???
Diakah..??
Bergegas siapkan namamu disebut...


Mereka mengenang, senyum, berdo'a...
AKU mengenalnya...


Ibni Mabnie Nur pada 26 Februari 2011 jam 16:43

S E B E L A H . . .


Kita beradu cerita..
Seperti drama 7 kurcaci
Atau si buta yang mulia bersama si tuli yang Rendah hati..


Hey...
Dunia ini molek ketika kau lupakan kefana'anya...
Atau kau sedang berpura-pura buta agar mulia...
Bahkan kau tidak mengerti bagaimana ia mampu melisankan suroh bersama kefasihanya...


Ayolah sang fitroh...
Bukan dengan kau diam mulia itu si tuli dapatkan...
Dia bisa melafal alif bukan tanpa sehatnya akal..
Coba kau tanya dengan suaramu...
Bukankah ia tuli..???


Ayo...
Ayo...
Bergegas..
Cemaskan dirimu..
Apakah jaminan kau dapati untuk segera berhimbau saja..!!!


Ibni Mabnie Nur pada 22 Februari 2011 jam 12:51

T E D U H . . . .


Rimbun dedaunan:
sepoi angin menambah lantang sang burung berkicau..
Jejaka muda meminta sekedar singgah
Hingga tiba-tiba Tinggal datang dia tenang..


Rindu sekarang tidak menentu..
Tiba-tiba mengadu
Terus lalu sepeti kemarin pada waktu...


Ada teman, sahabat juga mencuri rindu...
Tempat mengadu tapi di sepi..!!
Bukan benci tapi aku rindu diriku...


Ini hidup perkara sumir
IDA datang tambah enggan mengingat mati
Ketika Beranjak,IDA pulang cemasnya mengaku . .


Amboi...
Petang datang jemput aku
Kemana lagi ketika sempit bertamu...???
Rindang juga sepoi masihkah beteman...
Juga lalu ia bercemas menanti...
Aku lalu bukan untuk tidak bertemu..
Tapi teduh akan buat kita saling merindu...






Dari bumi serambi mekkah... 

Ibni Mabnie Nur pada 12 Februari 2011 jam 11:59

Dari Hirosima sampai Sulawesi..


Diantar sampai pada keduanya..
Rona diri tampak dibentuk utuh cermin
Binar senyum selang-selang juga payah dikulum..


Lekas-berganti rupa
Ketika senja mengintip iba..
Menghamba sambil kucaci si jahil beserta kelakarnya..


Sudah usai...
Ketika kau kuatkan aku dengan rasa dingin menggigil
Berharap tinggal lalu
Di muara kuserah pasrah
Lupa segala, tinggal sepenggal ketika AKU tak menaruh benci..


Aku tinggal bersama duniaku
Bercinta...
Bersuka...
Nostalgia berpicing roman sisa mimpi sang IBU..


Tidak cukup bercerita
Sesampainya hanya isyarat ketika dunia semakin penat bersama nafsu..



Tidak akan lagi ditamui ketika berkaca dari mataku berisyarat bahagia dengan mu...



Mossi-mossi....


Sayonara..


Ibni Mabnie Nur pada 02 Februari 2011 jam 11:30


I B U . . . .


Cemasnya ketika kau tertatih-tatih dimasa kanak..
Riang,ria-ria melompat berputar tawanya butakan duka
Tapi ibu berkaca,bersenyum,mengatakan tidak apa-apa...


Ada lantunan syair dari sendu,jadilah ujung ari menjadi sendu
Sebelum kanak ketika jabang yang kau tak tau diwarsanya..
Tapi ibu berkaca,bersenyum,mengatakan tidak apa-apa...


Sekarang paut dukanya enggan diraba-raba
Hilang dengan hempasan waktu
Kini sudah juga baru bisa berkata AKU
Tapi ibu di bathin saja berkaca, bersenyum, mengatakan tidak apa-apa...


Pagut...
Jauhnya rindu mengganggu
Cermin mengadu telingalah buat sia-sia
Tidak Riang,ria tidaklah melompat berputar
Sisanya tawa bukan sibuta-duka
Tapi ibu di bathin saja berkaca, bersenyum, mengatakan tidak apa-apa...



Apakah kita masih buta ketika sang surya setia selalu ada di tiap pagi..?
Lantas keberanian seperti apa yang sebanding dengan membasuh kakikanya dengan meminta " mintakan saya agar ALLAH mengangkatkan derjat "

Akulah ibni yang masih mab'ni Nur merindukan sang surya itu..
Yang haus akal untuk menguap bahagianya..
Tapi ibu di bathin saja berkaca, bersenyum, mengatakan tidak apa-apa...           


Ibni Mabnie Nur pada 05 Februari 2011 jam 21:38                     

Nostalgia..


Halimun pagi membalut tebal
Matahari datang diantar kicau burung mengadu suara
Hilang setelah hanum randum berjatuhan...

Sepoi datang menerpa serambi..
Huh...
masih sisa dari mulut membusa
Tangan tak ingin lepas...
Masih di saku, sesekali mengusap muka...

Musim semi ada seri..
Riuh di bibir pantai cemara bermain manja...
Ada dingin dari bahasamu
Tidak kukenal cuma peduli ketika kau sepi

Coba lihatlah tuan..???
Sekarang dia tumbuh sudah besar...
Di mata ada impian
Di muka bakti kebahagiaan..

Bisa kau tahu lihat dia
Walau di pejam ada hangat di malam





Jadilah slamat tinggal..
Inilah slamat tinggal..

Something for the pian...


Ibni Mabnie Nur pada 27 Januari 2011 jam 15:12

Buat penari LIGNA


Lagu-lagu dari tambayung
Ketika keduanya muda saling asik mengadu mimpi
Yang sampai pada telinga, mereka lupa jalan pulang..

Ceritakan segalanya..
Mengadu mungkin sampai kelangit sana
Sampai jemu sekarang lalu tinggalkan dulu...

Sayang...:
tangan mengusap mata yang berkaca
Rancu dari suara tidak membuat diri berdansa..

Aku bersama drama mereka..
Simaklah..
" Kami menginginkan anak yang sampai ke khairo "..
Kemudian panji dari mimpi yang bisa dia bawa untuk pulang..

Aku sekarang lalu
Menoleh pada mereka sisasiasia..

Jika percaya sumpahnya cinta
Cuma bikin semakin mengingat mati..
Jadi-jadi makin tak dikenal
Temui dia ketika kau sudah temukan jalan pulang




Slamat tinggal cinta
Slamat tinggal harapan
Slamat tinggal anakku...

Ibni Mabnie Nur pada 24 Januari 2011 jam 13:24

Sebelum Pulang....


Dari pintu mata selayang pandang
Tengoki belakang
separuh cuma jadi sebujur pandangan
Di titip ketikanya solo menghimbau...
Jeram di alur berbaur tak beratur
Aku malu...

Kembali berdiri cuma di depan pintu..
Mengetuk-mengetuk dicemo'oh ragu..
Jadilah arca bisu
Tidak lagi menengadah...

Sanubari gemetar..
Pori-pori selaksa merinding..

Malu-malu jadi semati dilaku...

Aku terbentur lagi..
Bahkan tersungkur tidak berdaya....
Langkah tidak bertuan..
Cuma kerdip dari laku ketika pandir yang tau diri..

Huuh....
Kembali aku bermolek
seperti perjaka yang akan kepesta
Berbaju selayak tentara 45..
Kukokang, kubidik
tapi senjataku usang
Apa lagi amunisi..

Tinggal aku pulang..
Kemasi semua di peti emas..

Pada ibu kukalungkan cahaya
Pada teman kutitip rindu..
Pada sahabat..
tinggal kau sendiri berkeinginan dimahsyar...





Kata Ibnu Mas'ud ra.." Nabi SAW membuat beberapa garis sebelah kanan dan kiri,lalu beliau bersabda "semua ini adalah jalan yang didalamnya tidak ada cara kecuali disana ada jalan syetan yang pasti mengajak untuk mengikutinya. Kemudian beliau SAW membacakan Qur'an surat Al An'am :153.



"Yang dimaksud jalan seperti ini ialah KESESATAN.."


Ibni Mabnie Nur pada 21 Januari 2011 jam 13:50


Kepada Sang Peminta-Minta


Sebagian buatmu Tuan
Sehari-hari kukucur-usung terpedaya..
lalu...

Dari tengadah duka kutekuk kubekuk..
Menjadi-jadi luka membentuk saja muka


bertemu kerut
Setapak digayuh
Gusar bertambah....
Sudah...(Menggapai tak sampai)

Tuan....
Kau masih saja pemurah
terus tersenyum
Biar Muka berbaling
Air mata bersaksi
Diri..Tidakah masih peka?

Tuan..
Masih kau tidak marah?
Ini duka kutepuk di malam
Ketika sunyi..
Ketika malu serta rogokan suara ta'beradab meringkih..

Biar kukucup...
Biar kuregug..
Biarkan saja payah-payah kusebut... 


Ibni Mabnie Nur pada 20 Januari 2011 jam 15:47


dua puluh empat ÜJÜNG


sebentar lagi muara..
penghujung kemudian tinggal beranak...
mata masih panas..
kedepan pandangan sepintas liat kekabin belakang (menghela nafas)

kukira begini nanti...
aku berbini dan kaupun beranak
rajutan didulu berpinak banyak...
tapi ibu sering bangun di tengah malam
ditambah beliau sudah beruban...

ini aku cuma bergumam...
pinta pun sesekali dijelang tidur
apa ibu masih mengingatku..
ditambah beliau sudah beruban..

bisakah ibu mengenaliku..
aku meminta...
beliau sudah setua itu mengurusiku..
ditambah sekarang sudah beruban


bisakah aku mengingatkan beliau terhadapku??
sebuah senyuman di mana ia memeluk tanpa lepas...


Ibni Mabnie Nur pada 21 Desember 2010 jam 11:11

Sebelum menyerah...


Sebentar lagi terjaga...
Terburu lekas membanting pintu
tanpa diam...
ah ta'usah....
Dimula indah...
Indah, gelap sendiri di meja baca lampu juga seadanya..

Bukan Sebelum tertidur,
saat kukucur tenaga yang payah..
ketika kutemui aku bertopeng di muka sahalayak beradu muka..

Sekarang sendiri itu indah
di satu "per" tiga malam....
Tidak ada yang berkala...
Di Sepeninggal adanya haru
di kelaluan cukup jompang
bukan diakhir....
Bukan berakhir...
Lihatlah.....
Ada senyum
ada benci yang membuat mengerti...





......Diam buatku bisa lebih mengerti
diam bisa mengajak lebih pandai....
Dan akulah orang yang bilang sendiri itu akan lebih baik demi menuju ketidak diaman... 


Ibni Mabnie Nur pada 29 November 2010 jam 11:26

S E T A R A...


Matahari itu di sana...
Atau senja ketika membelakangimu terlihat bayangmu nyata....
Sambil berjalan tenang dengan ranting di tangan ia hitung tiap langkah..
Kemudian merunduk, diam menjatuhkan lutut ketanah...
Waktu menyita...
Lembayung yang membenam dengan tidak peduli malu..

Ah...perasan saja..

Seperti muka yang malu berkaca lagi..
Bayangan tinggal di depan
terus berjalan sepanjang bertemu pertigaan...
di sini bukan untuk berhenti...
Ungkapkan bahwa sepi itu indah...
Bukan si IDA lagi..
Atau yang mengajak mu memeluk
dengan cita yang haru..

Sembiring yang lesu...
Dan si IDA dengan tarian yang sudah dipaksa bosan..



Nothing in my mind.....


Ibni Mabnie Nur pada 27 November 2010 jam 14:28

SELAMAT TINGGAL perempuan...


Aku berkaca
ini muka penuh luka
siapa punya?

Kudengar seru menderu
-- dalam hatiku ? --
Apa hanya angin lalu?

Lagu lain pula
Menggelegar tangah malam buta

Ah..!!

Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal

Selamat tinggal....!!!





*versi NA

Ibni Mabnie Nur pada 15 November 2010 jam 20:20

di Ujung Senja...


Dia bawa membenam sekilas rupa
sendu memaling
dengan lekas menitip cawang beremas...

Redup rupa hilang..
Waktu mendesak sekelewang melambai-lambai
teduh, senyum dari yang tidak mengingat..

Ibu pertiwi..
Sisa perjuanganmu berbuah manis
Tengoklah sebentar...
Dari semangat, ikhlas dia sipuh baluti senyum..

Sepi sepeninggalmu..
Merunduk...
Sepertimu dan aku masih belum tersadar
mimpiku hilang


Ibni Mabnie Nur pada 09 November 2010 jam 18:28

Kepada yang TERHEMPAS...


Separuh dari umurku dihabiskan dengan mu
binasa setelah kau tahu rupaku
separuh dari umurku aku habiskan dengan mu....
Dengan bermain atau kita saling memaki seusai gelak tawa itu lalu

membatu aku memaki..
Jauh dari lembing kata guru
bemuka-rupa kian kabur
sepeninggal kulari kemudian bertelungkup...

Aku bukan yang kau kenal
percaya.....
Jalang aku lacur dengan lantang..

Ini perang bertahun menahun..
dari deklarasi yang cuma impi si bocah jahil..
Senjata sudah kukokang.." sibocah berteriak "...
Aku bidik kau juga senang dari dunia yang pinta bernyanyi

tidak ada penari salsa bung...
Atau boneka toystory yang merajut impian sewaktu kau bocah???

Ayo kejar sekuat mu...
Atau kau akan mati dari diam yang dipicing bencimu...

Aku tidak akan memaki lagi...
Sungguh...
Kau bagianku
dan kau yang sudi memberi warna yang tidak ku suka..

Aku bukan pendendam yang kemudian menculasimu..
Hanya sekarang aku proklamirkan...
Merdeka bukan menungu kau menyerah...
Tapi merdeka setelah tidak ada lagi tarian si_IDA:..


Tomorow yesterday


 Ibni Mabnie Nur pada 03 November 2010 jam 11:32

L E N T I N G


Sejenak aku minta luang
mencuri segala cacat
merayu,
jadi di ubun tinggal reda
lega-lega di sepi ada yang kita sepakati..

Ada yang menunggu...
Resah yang dicemo'oh kelu
berkali-kali jatuh pasrah menjadi resah
kenang-kenang saja

amboy...ini sekedar singgah:
lenting suara makin payah
kemudian sesal waktu enggan pulang
tinggal mati-mati sorak senang gerilya sahaya....





Kokorokorae kokoror...


Ibni Mabnie Nur pada 17 Oktober 2010 jam 14:42

KEPADA PENYAIR BOHANG


suaramu bertanda laut
tenang..
Karna dia cinta, di mulutnya
membusah
dan rindu yang mau
memerahi segala
si mati ini matanya terus
bertanya!

Kelana tidak bersejarah
berjalan kau terus!
Sehingga tidak gelisah
begitu berlumuran darah.

Dan duka juga menengadah
melihat gayamu melangkah
mendayu suara patah:
''Aku saksi!''

bohang,
jauh di dasar jiwamu
bertampuk suatu dunia;
menguyup rintik satu-satu
kaca dari dirimu pula...



"Aku ini binatang jalan"..PT Gramedia Pustaka Utama


Ibni Mabnie Nur pada 08 Oktober 2010 jam 20:52


Apakah WANITA itu sepanjang rambutnya???


Sebentar lagi kita bisa bermain
bersepeda atau lari-lari
lihat saja kehalaman depan
jalan yang berlubang kemarin sudah hilang karna ada yang memohon..
Kamu bisa sepuasnya memicu sepeda...

Seperti itu keadanya...
Kau yang mendamba dulu
sekarang sudak pucuk berpindah seperti kecut
atau sepedamu yang mulai lelah digayuh

kau seperti wanita saja
panjang rambutnya
seoalah lelah pintar yang kehabisan akal,
atau karna rambut yang panjang itu akar dari pemikiran mu..

Sudahlah yang sudah biar lalu
sekarang kamu harus coba lari sekencang sepeda yang kau gayuh dulu
perkuat kakimu
sebentar-sebantar lari dari kakimu bisa buat kuat yang lelah sebelahmu

tanyalah dia yang sudah tua jompo
dihabiskan apa saja kaki kuat kekar dahulu

kamu bukan kanak lagi yang tiap hari bermain kemudian tidur
kau sudah pantas bilang "AKU"
dan aku sudah bisa tau kau dan dia.....





Semoga bukan sekedar pelarian..... 


Ibni Mabnie Nur pada 04 Oktober 2010 jam 15:38

MUTUALIS


.....silahkan masuk, dekat pintu ada kanal pesona untuk mata diam,
sekelewang angan diberai kabur memecah sadar

.....silahkan masuk....bersenang, 
becengkrama sudah-sudah tiada sisa waktu terabai
derek lalah alibi menipu
kemudian sudah kau cuma acuh

....masih enggan untuk masuk...?
Berduyun berebut berdesak sisanya sesak
peduli meratap tersenyum diujung lelah dibekuk sendiri

....mengapa kau paksa??..
Kanal-berpintu berduyun-mendesak,sendiri tidak memaki
sendiri tidak terpingkal
digumul sepi berkhalwat wara
tida sedang dengan buat mu
cuma demi jiwa yang tiap genggaman dimilik engkau..












Gommen....


Ibni Mabnie Nur pada 24 September 2010 jam 15:49

BUAT GADIS RASID


Antara
daun-daun hijau
padang lapang dan terang
anak-anak kecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian
burung-burung merdu
hujan segar dan menyebar
bangsa muda menjadi, baru bisa bilang "aku"
dan
angin tajam kering, tanah semata gersang
pasir bangkit mentandusan, daerah dikosongi
kita terapit, cintaku-mengecil diri, kadang bisa mengisar setapak
Marikita lepas, kita lepas jiwa mancari jadi merpati terbang
mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat
--the only possible non-stop flight
tidak mendapat.




Makalah pada jumpa sastra 1
chairil anwar
kt


Ibni Mabnie Nur pada 18 September 2010 jam 1:57

SAAT INI hati..??


.....Jika kau curi hati ini,
ke mana hendak kucarikau??
Datangnya kau di sela aku tidak bermuka..
memagut ingat membuang kenangan

.....Jika kau curi hati ini,
siapa yangkan kutanya rupa hati kini...
tanya pada siapa ketika rindu menyalahkanku..
Juga jujur sudah kau tau bahwa muara kepunyaan ia..

Jika kau curi hati ini ...
Sudah tak berupa apa-apa lagi aku..
Serupa buih yang hinggap ketika terpaan hanya sepoy...
Tidakkah mengerti kalau tidak tetap yang kau dapat..!!!!
Juga sia-sia percuma merayu...
BUAT APAAA.....!!!!
Atau...
jika kau curi hati ini sekarang...
Aku turut dengan engkau...
Semua untuk engkau..
Ku bertaruh karna engkau..
Sudah tidak siapa-siapa melainkan engkau..

Kenapa kau ta'curi hati ini...
Kau pemilik semua...
Kau kepunyaan semua...
Tau bagai mana hati ini sekarang??
Sepi...sepi...
Jauh dari semula yang kau manja..

Ayo curi hati ini...
Percaya....kau tau mata ini bisa menangis..melinang mengagungkan menyanjungkan...
Kemudian tinggalah engkau berdua saja...


Rindu....





Ibni Mabnie Nur pada 13 September 2010 jam 14:44

SEBELAS...


Aku Sudah berangsur....
Lalu menengadah dari merunduk
tidak sampai melihat keatas
cukup bersejajar membentuk sudut 90 derajat...

Yang tidak peduli bukan salahku..
Kupunya rasa mulai tidak peka
hanya diredakan dengan aku...
...aku bukan berkeinginan begitu

sekarang dunia sudah molek..
bersolek bernostalgia dekat di sampingku
memandang tak melepas barang sedikit arah padaku
tidak peduli apapun...
A..p..a..p..u..n

aku sudah ditinggal sendiri..
Dia menemani juga tidak peduli pura-pura
sisa tertinggal ibu dengan do'a..
Aku masih punyamu
punya semangat ketika linangan dari matamu berjatuh..

Aku masih bisa berlari...
Menjauh tinggalkan perkara ini
kemudian bersipuh basuh air matamu..
Memeluk mendengar engkau berkeluh...

Aku masih punyamu..
Mendengarkan tiap lembing kata bijakmu... 
Kemudian tersenyum menghantar buah dari yang kau tanam..

Aku mencintaimu..
Segenap hidup..
Segenap bahagia..
Tidak dengan sedihku..
Tidak dengan laraku
bagiku cukup memeluk...bersandar didadamu
kemudian...aku tidak apa...aku tadak apa...







S...E...P...I


 Ibni Mabnie Nur pada 07 September 2010 jam 19:39

TAMU PERTAMA


Sudah kubilang..
Aku bukan orang yang tepat buatmu..
Tapi kau paksa..

Sekarang terlanjur terlanjur
kau sengsara dengan yang tidak kau mengerti
kau buntu dengan akhir salahmu

sekarang sudah berjauh..
aku dan hatiku..
kau dengan apa yang kau benar
berlainan saja sudah

duniaku tidak sering kau jumpai
hanya sebentar, kemudian sedikit pulih mengingat..
Yang kuterima sendiri dan tidak kuajak kau..

Kau bertamu datang bukan pada saat yang tepat
aku sudah lalu tidak mengingat rupa siapa-siapa..
Hanya Ibu sekarang menunggu..
Beliau berdo'a "kau adalah anaku"..

Haru pikuk aku tidak peduli..
Cuma sesal kesal belum kunjung menumpuk..
Aku menunggu dimana??
Sedangkan dunia sudah kunjung menjungjung..

Ya khabir...
Aku ini sudah tidak berupa..
Apakah ibu masih mampu mangenaliku..
Apakah senyum masih turut dengan menunduk..

Aku pasrah...
Pasrah dengan apa yang kuterima..
Aku pasrah...
Pasrah menunggu menguat pulih menggingat..
Aku pasrah..
Dengan do'a yang kutumpuk tidak menyerah..

Wa koola...
Khaifahaluka ya afwan
khaifahaluka ya habibi..
Khaifahaluka ya qolbi..


Ibni Mabnie Nur pada 05 September 2010 jam 19:13

Cendawan MATA


Sekarang tinggal tinggal saja
kau berbini beranak
aku...
Tunggu laku semati tugu
sekarang sudah sudah
aku bahagia nikmati haru
mati diharu berkaca mengingat sang pemilik mati

sekarang tinggal tinggal lagi
aku mengingat ngingat
rupa kemayu dibalut harmoni senyum
mati di ujung usia...
Tidak sempurna..

Sekarang tinggal tinggal saja
aku sendiri cari cendawan
tidak jadi impian
cuma ingin mata ini menangis
jadinya dia menangis.......


Ibni Mabnie Nur pada 13 Juli 2010 jam 12:36

ujung senja...


lembayung itu serta menghilang..
Setelah mendulang perkasa menjemput, keduanya pergi dan datang..
Perkasa seperti hitller...teguh bak seorang ahasveros...
Lembayung yang nyata-nyata hanya sepersekali..indahmu mengantarku pada gulita panorama hitller...
Juga dingin yang angkuhnya ahasveros, membuwat ricuh sang perhias dunia...
Ahasveros tidak sepet itu IDA..(nyela dari kabin belakang..)..jika tahumu sampai pada inginmu, IDAkan menangis..
Tidak lagi kehilangan sepeda gandeng...atau sandal tidurmu yang kau sendiri lupa ketikakau terjaga dari tidur??..
Amboy...ini bukan hitller yang kejam..atau ahasveros yang hanya diilustrasikn berdiri dipodium dengan istri dan anak kebanggaannya...

Senjaa kau sudah datang..
dengan sedikit rindu yang terpaksa...ku tinggalkan kau setelah perkara ini berakhir...bukan lagi hitller hanya ahasveros yang lembut hatinya...

 Ibni Mabnie Nur pada 17 Juni 2010 jam 13:58

Sorga FIRDAUS


Rosulullah menjamin adalah salah satu penghuni sorganya firdaus usman bin affan kenapa begitu??
Begini...
Kriteria ciri bagaimana bisa masuk pada sorga firdaus :
orang itu menjalankn sholat dengan khusu..bagaimana agar sholat kita khusu?
Tinggalkanlah perbuatan dan perkataan yang sia-sia.. Tunai atau bayarlah zakat. Jagalah kemaluanmu dari perbuatan zina..untuk meninggalkan zina jadilah orang yang amanah,untuk menjadi orang yang amanah jagalah tiap waktu sholat mu...

Dan tentang sahabat Ustman bin Affan beliau wafat dalam keadaan sholat yg di dadanya tertancap busur panah... Bagaimanakah kekhusuan Rosulullah...ingatan beliau di sholat dan di luar waktu sholat sama...
SubhanALLAH...
Apunilah sepuluh macam dosa kami ya AllahulGofururohim....jadikanlah kami kaumu yang manpu melaksanakan jaminn itu...amien 



Ibni Mabnie Nur pada 21 Mei 2010 jam 13:15

rindu


sekarang rinduku kelabu
aku tanya-tanya mengapa tidak dengan ibu??.
lalu teringat tangisan
" itulah ia yang tiap malamnya
mengingatmu dengan tumpukn do'a-do'a..."
rinduku kelabu....
di dataran rata mengulum mata
amboy...kamu sudah tau sedihmu,sedangkan aku??? ke mana aku ajak nostalgia rindu ini??.
aku sendiri saja bawa kau
sekarang
rindu..
rindu..
rindu..
apakah aku tetap merasa rindu??
sedangkan kelabu sudah-sudah.....
aku dipicing sendu
di dunia sebelah saja kita becengkrama.....


oleh Ibni Mabnie Nur pada 19 Mei 2010 jam 15:31


Dialog kecil


Ada 3 perkara syukur yang baik
- hati
- lisan &
- kelakuan

Pilihan hidupku saat ini tidak lain tetap menghidupi semua dengan sabar, walau tawak'kal di sini belum memumpuni, setidaknya hati masih bergetar ketika mendengar ayat suci melantun. Kesempurnaan milik Sang Khalik. ( Pikiran picik berdalih ). Tapi apakah dengan seperti ini saja kau cukupkan hidupmu, HIDUPMU(tegasku)... Dan asal kau tahu bukan di sini saja kau hidup... INi dilema sudah membuat remuk sebelah pundaku. Pinta terbesar tak lain hanyalah ingin berhadapan lagi dengan sujud serta ingatan penuh seluruh memagut patri namamu di kolbun. 

Ya Robb.... tidakkah Kau bosan dengan kami yang setiap saat membuat-Mu kesal...dan  tidakah Kau menginginkan kami tunduk turut akan kehendak-Mu...
Ya Robb....
Sungguh sempurna kasih-Mu
sungguh sempurna penyayang-Mu...
Ampuni kami yang selalu sombong lalai akan segala pun yang sungguh menjadi kebaikan atas-Mu berikan anugrahilah pada kami untuk bersujud bersyukur atas karunia nikmat yang Engkau beri...
Astagfirullah haladzim wa'atubu ilaik....aamiin


Ibni Mabnie Nur pada 15 Mei 2010 jam 12:07

Merdeka


Aku ingin bebas dari segala merdeka
juga dari Ida
pernah
aku percaya pada sumpah dan cinta
menjadi sumsum dan darah
seharian, kugunyah_kumamah
sedang meradang
segala kurenggut
ikut bayang
tapi kini
hidupku terlalu tenang
selama tidak antara badai
kalah menang
ah! Jiwa yang menggapai-gapai
mengapa kalau beranjak dari sini
kucoba dalam mati..



Binatang jalang


Ibni Mabnie Nur pada 12 Mei 2010 jam 20:30


Bintang laut


Sebelah bukit berpenghuni...
ada ricuh gemuruh memekik melengking ke udara.
Di geming suara beradu, kerling sunyi centil berayu_nostalgia itu terpatri di gubuk tua...
bukankah denganmu barang sebentar..?

Ayo lacurkan kesenanganmu...
sejenak menunggu lung_lay...
seperti ketika kecil bermain pasir istana..
Serambi hati tinggal kerdip dicemo'oh..
penghuni bukit seakan riang dengan berselang...
tinggalah lapuk gubuk yang rindunya dibawa lacur kesenangan...
di sanalah pantainya...
ya di sana ada bintang laut...kecik kaku diam saja...


Ibni Mabnie Nur pada 01 Mei 2010 jam 11:51


Rebung


Kita di sini sedang bernostalgia,bermaya-maya berspeda gandeng cari jalan pulang...

kau tahu di mana kami kunci mati pintu, jendela sebelum berangkat..
seharusnya kami tidak perlu khawatir kunci itu rusak karna dirusak..
Kami hanya mencari jalan pulang..agar ketika sampai di rumah sebelum senja... 


Ibni Mabnie Nur pada 16 April 2010 jam 21:01

Yatim..

Jika kau curi hati ini
Hendak kemana kucari kau?
Suara sudah parau kau tetap rayu-rayu..
Sampai telanjang tetap kau lucuti..
Ulang kau tetap tak pulang,
Lari ria dan tertawa saja..

Jika kau curi hati ini..
Hendak kemana lagi ku cari kau??
Kau sudah ku cerai..
Serta kuala sudah penuh kau jejal-jejal..
Kau ingin rujuk dan aku mabuk kepayang..
Bukankah kita sudah BERCERAI...? 

Jika kau curi hati ini..
Hendak kemana lagi ku cari kau?
Pada muasal, yang lahir cekungan sunyi
"Ah, kau tidak bisa berkata-kata"
Aku tersuruk dalam pengap
Melipat jemari, sembunyi digemetar wajah sendiri

Jika kau curi hati ini..
Hendak kemana lagi ku cari kau?
Kita sudah bercerai
Dan  yatim tetap akan menjadi takdir penerimaanku
Warna sunyi, rahim debu
Ibni Mabnie Nur - 05 April 2010 22:55

Selasa, 10 Juli 2012

Gairah Cinta Puisi: Pergi Makan Angin

Gairah Cinta Puisi: Pergi Makan Angin: Pergi makan angin, apa yang menggairahkan yang mengasyikkan? Pergi pusat beli-belah ke pusat beli-belah hanya membuang masa apa gunanya ...