Kamis, 27 September 2012

Jumat, 14 September 2012

Lain Aku



Dari tubuhmu

Tumbuhkan lubang luka

Dari mulutmu


Sejajar diri

Lalang lewati muka

Bentuk sebelah


Sebrangi jurang

Bawa koloni perang

Subur pongah


Kepingan Lain

Memercik picing ingkar

Leburkan saja!!!!

Sisi Sisa Kita

Tersungkur dimeja tulis
Menemani kau yang sedang terbelah
Engkau pengembala dan Aku sapimu
Memberiku gema jerit-jerit yang lancip
Memebentang, mengulur jenaka

Pernah:
Aku, Kau. semedikan nafsu
Pulas bersama gigil dingin malam
Menusuk bulan, gulita jadilah teman
Senyap, mencari sayup-Nya

Bertahun-tahun kami disini
Sampai lidah kelu, serta mata kami berembun
Musim selalu berlari dan esoknya ada janji
Hingga akhir, matahari itu membakarkan marahnya
Dan kami kembali pada yang Esa


" Mata hari " perkenalan puisi dengan pola 4444

rona pagi tiba lagi
buru mata dimuka dini
siap niat jamu hari
cari diri di muka bumi

muka di kaca luka usia
kaki kaku bawa dosa
usia dini kian usai
dulu tuan kini di mana

ahay, duka kita yang lalu
di masa muda kita dulu
tiap hari sita diri
jadi igau tiap raut

impi jadi duka saja
kian tepi, jadi debu
usai usia kita ke mana
tuan, usap luka hari!!!

Sabtu, 08 September 2012

Selamat datang

Tersungkur dimeja tulis
Menemani kau yang sedang terbelah
Engkau pengembala dan Aku sapimu
Memberiku gema jerit-jerit yang lancip
Memebentang, mengulur jenaka

Pernah:
Aku, Kau. semedikan nafsu
Pulas bersama gigil dingin malam
Mensuk bulan, gulita jadilah teman
Senyap, mencari sayup-Nya

Bertahun-tahun kami disini
Sampai lidah kelu, serta mata kami berembun
Musim selalu berlari dan esoknya ada janji
Hingga akhir, matahari itu membakarkan marahnya
Dan kami kembali pada yang Esa


M(alam)alam Lain

Gigi yang lancip itu sudah membuat luka
Dari mulutmu, lakumu
Jauh...
Dan usia sudah sampai pada sekian

Malam sudah mencatat satu per satu kejadian
Membungkusnya pada selimut tebal yang hangat
Kita didekap, dibuai, lelap.


"Apakah pagi yang datang itu bersama janji"
Kita menyeret selimut
Sinar yang lancip menembus tiap celahnya.
Tapi malam tak mau juga mau henti
Masih saja memberi tanda dikepala

"Bukan pada pagi yang ingkar janji"
Kau, tapi sepakat masih sembunyi dalam keranjang
Apakah aku menyalahkanmu?

"Maaf"
Aku tidak  malam itu ada bulan
Kau diam, dan kita semakin nyaman
Dan pagi selalu ada janji untuk menyeret selimut itu kemana.