Rabu, 03 Oktober 2012

Haiku: Perjalanan Rindu(lestari)


ku menunggumu
ku sabar kau menghindar
ku jadi hambar

jatuh terhimpit
rindu mati membisu
tinggalah kabut

tidak menunggu
tersiksa ingin temu
sudah terlambat

S U A


1/ Ayu

Mari bicara
Sampaikian sampai demikian

Aku dengarkan
Beserta ingatan juga kejadian

Mulailah...
Awalilah....

Jangan menatapku jika itu menambah bisu
Jangan tahan airmata jika kata masih kelu tertahan didada

...........................................................................



2/ D E N Y U T

Hening dari yang kau bawa
Buat jelas identitas khusu

Ditekuk sedikit
Engkau bungkuk tidak berdagu

Hanyut....
Lalu segala cemas yang ganas

Tidak perlu terlalu iba
Melihat pesta mereka bermabukan rasa

Apa kau lebih suka..???
Setelah meneguk dusta demi dusta

Lalu, hidangan dusta didustakan
Palingkan kita pada pemilik kita

Dengarkan....
Hening bening kemuning telusup.

............................................................................
 

3/ T E N A N G

Kau tidak menyukai ruang tamu ini..??
Aku punya kamar

Ada bilik berpentilasi
Kalau ada suara, jadi langsung terdengar

Mengukuh riadhoh tidak jenuh
Dekappeluk biar dari belakang

Temani hari ini saja.!
Besok, biar kita kenang jadi hari ini

Engkau cukup duduk dekat aku
Disini, sebelahku

Jadi wewangi, nafsi kecap asih-Nya
Jauh riuh teduh kesidratul muntaha

..............................................................................


oleh ‎Ibnu 'Ziddan‎ pada ‎‎7 Januari 2012‎ pukul ‎14:14‎
Dari Cidahu 07/01/'12

Batu karang & lautan


ibu....
jangan tanyakan,
apa lagi menatap heran
disemayam malam masih ingkar
ya...qolbu nun fitroh muram, betul!

ibu...
hendak kemana, derap masih merayap,
gerak setapak jadi jejak
identitas semakin jelas

ibu...
senyum saja, atau beri lagi mainan dulu
lupa segala rupa dunia
terus aku ikut arus teras yang terurus,
kemudian ibu bisa duduk tenun nun dihalaman

ibu...
muara zamzam belum kutemui
bahkan airnya selalu kering ketika 'toharoh
tapi ubun ku sudah berambut 'bu
bisa dilihatkan..??

ibu...
tasbih baru bisa jadi sovenir
waktu kemarin pamit, dia kutaruh disaku celana,
tapi aku bawa bu, cuma belum bisa dia tetap ditangan
jadi curah sholawat masih seukur sahwat ingat

ibu...
apa masih ada yang dahulu ketika aku sehat
obat yang dulu agar tetap kuat
menggendong ibu biar sampai ke ba'ieturahman
kita bisa bersama pautkan rindu dimaqomnya

ibu...
bertahan saja dirumah
sekarang ini anakmu masih urusi terus urusan
biar cuma sebungkussebungkus, aku saja terus mengurus
terima ya....


'' wahai jiwa yang mengetahui sang penggenggam-Nya
bakarlah....
jadi satu
utuh
kukuh
tidak lagi selingkuh....
mengingat-Nya
seluruh
tunduk
rindu jalari
segera era erat...''

oleh ‎Ibnu 'Ziddan‎ pada ‎‎30 Januari 2012‎ pukul ‎17:11

Catatan, 01 November 1983 (kepada sajak)

 ·‎

Kemana kau pejalan kata-kata?
kau begitu saja lari sampai tak peduli aku.
Dimanakah kau sekarang harapan?
Bantulah aku membentuk keaku-akuanku.

Kau tidak menyapaku..
Sampai kapan kau kaku terbujur dan lelah,
begitu saja acuh tak peduli aku.

Kemarilah seperti dahulu,
kau lahirkan aku dari kandungan bunyi
diantara sunyi dan nyeri.

Seperti diksi-diksi yang membuat kita berdua romantis,
senyum dengan mengingat perjalanan-perjalan kita.

Buatlah aku kembali merawat sajak-sajaku
lihat saja, ini khalwatku.
Mataku mulai terbuka menerka-nerka dunia.
Mataku mulai intim menangkap makna dunia.

Akan kutulis. kutulis kenapa kau lahir.
Dari ketika kau terbata-bata,
sampai kelak kau rabun dan tua.

Hey...
Seharunya kau memberi makna pada siapa saja penikmatmu
atau kau masih ragu karna mereka sering mencemo'ohimu..?

Bahasa kesunyian memang membuat kau sering dijauhi.
Bahkan aku juga sering menelantarkanmu berserakan dimana-mana.
Ketika aku senang apa lagi.

Maaf jika aku datangimu ketika susah saja, ketika sedih saja,
dan ketika aku merasakan pilu saja.
Rujuklah denganku karna aku ingin kau hadir dalam segala kejujuran perasaanku

Bilamana aku mengira-ngira syu'urku, kau jangan tertawa.
Karna aku suka konyol mencubuimu, rancu menyandingkan tiap-tiap larik dari yang ku lirik.
Maka segeralah buat aku dewasa.

Bila aku ingin apa, segeralah beritau aku kau ada diantara makna-makna dunia.

Kita rujuk

oleh ‎Ibnu 'Ziddan‎ pada ‎‎12 Maret 2012‎ pukul ‎14:24‎

Selasa, 02 Oktober 2012

RAMADHAN

l. Pandeglang



Belajar menangisi rindu
dari marhaban syahru romadhon
sesuka hati menggurat urat, dari sauk sampai membungkuk

tersenyum mencium mewangi alam yang khusu
suara tilawah Qur'an menggema membuka ruang luas dada

disini, dimana mula itu kukenal ia
fitroh setelah melangkah selesai sholat sunah
membasuh kaki ibunda
sempurna dengan silaturahim sanak taulan


ll. Pelered

Perbedaan dimulai ketika kuteriakan Aamiin setelah Fatihah
kata mereka aku dianggap main-main
padahal disisi perjalanan ada hal yang pantas kita ambil

Terasa beda
dan ku tahu, tuhan sengaja meletakan aku bersama mereka
aku bayangkan, ada satu hari dimana aku akan mengatakan
" engakau mengajarkan perbedaan itu nyata "


lll. Jakarta

Sampai pada takdir
segala berkumpul
huruf-huruf tanpa kutbah
yang menggurat kening pada kerut mengingat nama
membuat simpul dari lilin-lilin sudut kota
dan aku masih menunggu senyum dari malam lalilatul qodar

menyambut-Nya
bersama ikhtiyar sekemampuan anugrah
sampai takdir mempertemukan kita.


oleh Ibnu 'Ziddan pada 25 Juli 2012 pukul 20:39

" UHANIN " (bisroh)


Bismillah...
Hamdalah...
Sholawat...

Bisroh syu'ur semoga melulur
Untaian solawat semoga sampai keluhur
Sampaikan pada sang maha Gofur
Sampaikan salam kami pada Baginda Rosul

Solawat kami
Juga rasa kehilangan
yang sudah membuat kami hina
Hina dari amanahmu
Amanah yang sering kami pandang sebelah mata

O, Baginda inilah pengakuan dari hamba
hamba yang ingin diakui sebagai umat
Kami bermohon :
Jadikan kami sekalian umatmu
Umat yang nanti mendapat syafa'atmu
Jadikan kami sebagai manusia wara
wara menjaga segala:
amanah Wajib, Sunah dari perintah-Nya

Nur agung yang nun
Ini Qolbu rindu lestarikan segala yang tinggalkan
Pada kami saja segera
Robb:
Anugrahilah khudhu
Bukankah setelahnya jadilah kami tunduk
Sujud serta langgeng bersolawat pada kekasi-Mu

Tetaplah bersemayam tauladannya di hati kami
Tetaplah hamba jadi ketetapan-Mu
Ketetapan agar lurus beribtihaal

O, baginda tauladan kami
Bukankah ketika engkau beranjak
menutup waktu
menanda betapa engkau merisaukan kami

Peluh-peluh kata yang engkau ucap sukmakan
Saat sang Izrail merajut juang menjemputmu
Menandakan betapa engkau penerang sukma
Mencintai kaummu menyayangi kami
Pilu hati mengingatnya

O, Baginda...
Kaum yang kau sayang kini
hanyalah etalase zaman
Perih hati melihatnya

O, Baginda Rosul...
Andai sepasang mata itu masih terbuka
Apa yang engkau rasa?
Pun ketika jadi saksi kegilaan ini

Ya Robbana lakalham kama
yambaghila biwajhikalkarim...
Kami rindu tauladanmu.
Jadilah baqo engkau kekasih-Nya di qolbu..



 oleh Ibnu 'Ziddan pada 18 Juli 2012 pukul 12:53